رَاحَتِ الاَطيَارُ تَشدُو فِى لِيَالىِ المَولِدِ
وَبَرِيقُ النُّورِيَبدُو مِن مَعَانِى اَحمَدِ
Sebagai seorang dengan latar belakang Nahdhliyyin, bab puji2an tentang Rasulullah sudah saya hafal sejak usia pra sekolah. Bait2 syair di atas saya hafal belakangan, karena umumnya, para kyai kampung mengajarkan kami dalam bentuk syair jawa. Biasanya, hanya setahun sekali diperdengarkan walaupun khusus untuk kitab Al-barzanji,atau bisa sepanjang tahun juga di acara – acara tertentu.
Setahun sekali yang dimaksud adalah setiap kali bulan maulid atau bulan Mulud (jawa) datang (Arab : bulan rabi’ul awwal).
Nah, tanggal 24 kemarin Kajian Siroh Fatmawati atau KSF (Kajian yang 2 mingguan yang mengkhususkan kajian Siroh Rasul SAW dibimbing Ust Hilman Rosyad Lc), mengetengahkan materi : Kelahiran Rasul SAW.
Sayang sekali 2 materi pendahulunya yaitu : Alasan Islam Turun di Tanah Arab dan Nasab Rasul, luput saya tulis Presenter, Ust Ahmad Turamsili atau kita kenal dengan nama @BangAgam menyampaikan beberapa poin menarik yang sejatinya adalah bunga rampai kelahiran Rasul, namun justru menjadi topik utama masa itu…
1. Kelahiran Rasul itu sendiri
2. ‘Aaamul Fiil atau tahun gajah, dengan dua tokoh utama yaitu Abdul Muthallib kakek Rasululloh sebagai penjaga Ka’bah
Kelahiran beliau adalah kelahiran sebagaimana umumnya kelahiran anak manusia. Namun di sinilah “’ishmah” atau keterjagaan beliau berada. Kelahiran beliau sebagaimana kelahiran Musa as yang dihanyutkan ke sungai dan dengan taqdir dan kasih sayang Alloh tiba di istana Fir’aun. Dengan kasih sayang Alloh pula Rasul di lahirkan. Dengan tidak diketahui secara meluas, tentu saja hal ini sekaligus menyelamatkan keberadaan Rasul dari ancaman orang – orang yang tidak menyukai nubuwah turun pada suatu kaum.
Beliau adalah Al-Mukhtar atau yang terpilih. Pada zaman itu, banyak juga di antara orang arab member nama dengan nama Muhammad atau Ahmad, berharap buah hatinya menjadi yang terpilih
Setidaknya ada beberapa hikmah mendalam yang bisa kita ambil betapa Alloh telah menyiapkan beliau al-musthofa sebagai pengemban risalah nubuwwah yang terakhir
1. Nasab yang mulia
Nasab beliau tentu tidak terlepas dari keberadaan beliau sebagai seorang arab juga seorang quraisy. Telah sejak lama diketahui, orang – orang arab adalah orang – orang yang memiliki karakter fitrah seperti setia, jujur, dan berkata benar.
Masa jahiliah pun tidak lantas diartikan segala sesuatunya ada dalam keterbelakangan. Inilah keterpilihan beliau yang tentu saja di mulai dari nasabnya…
إنَّ اللهَ اصطفَى كِنانةَ من ولدِ إسماعيلَ . واصطفَى
قريشًا من كنانةَ . واصطفَى من قريشٍ بني هاشمَ . واصطفاني من بني هاشمَ
“Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim” (HR. Muslim 2276)
Juga dalil tentang “bersih”nya nasab beliau dari perilaku jahat :
“Aku lahir dari pernikahan dan tidaklah Aku dilahirkan dari perzinaan. Mulai dari Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Tidak ada kebejatan Jahiliyah sedikitpun dalam nasabku” (HR. Ath Thabrani)
2. Masa kelahiran Beliau terlahir tanpa Ayah (Yatim).
Ini juga merupakan ‘ishmah karena dengan demikian tidak akan ada tuduhan bahwa beliau membawa risalah atas pengaruh – pengaruh ayahnya. ‘Ishmah beliau yang lain adalah pada tahun ini terjadi penyerangan terhadap Ka’bah dari seorang yang bernama Abrahah dari Yaman, utusan Raja Najasyi dari Habasyah. Ka’bah terlindungi dengan pertolongan Alloh, kelahiran Rasul SAW tidak menjadi berita yang sangat – sangat menggemparkan karena tertutup oleh peristiwa penyerangan gajah. Tahun tersebut tidak dikenal sebagai tahun kelahiran, namun sebagai Tahun Gajah.
3. Kasih Sayang Abdul Muthallib
Ini adalah juga bentuk kasih sayang Alloh yang begitu luar biasa. Abdul Muthallib dikenal tidak menyukai anak - anak. Jika sedang duduk bersama yang lain, dan lewat seorang anak, tangan Abdul Muthallib lah yang berbicara. Pada suatu saat, Abdul Muthallib sedang bersama para orang tua yang lain, dan secara tiba - tiba lewatlah Muhammad kecil....semua orang menahan nafas mengingat Muhammad adalah yatim (biasanya ayahnya yang menjagai si anak supaya tidak mendekat kepada Abdul Muthallib). Dan.....tangan kekar Abdul Muthallib menangkap Muhammad dan memeluknya sembari berkata : biarkanlah dia, sesungguhnya padanya aku melihat sesuatu.
4. Masa kecil 0 – 4 tahun
Masa ini adalah masa beliau dalam pengasuhan Halimah dari Bani Sa’d (Halimah Assa’diyyah) Tradisi di kalangan abangsa arab yang sudah relative maju, mereka mencarikan wanita – wanita yang bisa menyusui anaknya. Adalah Halimah Assa’diyah (dari Bani Sa’d), seorang wanita yang kurus dan ditaqdirkan Aloh berjodoh untuk menjadi ibu susu dari Rasul SAW. Dikisahkan, halimah saat itu sebetulnya sudah ditawari Aminah Ibunda Rasul untuk menyusui anaknya, namun tidak menyepakati karena murah, juga dijelaskan bahwa beliau adalah yatim sedang halimah menginginkan upah lebih dari ayah si bayi.
Namun setelah menawarkan ke pelbagai orang tua, tak kunjung mendapat anak susua, hingga akhirnnya ia yang tak menyukai pulang dengan tangan hampa pun kembali dan memutuskan mengambil bayi Muhammad.
Bangsa arab adalah bangsa yang ‘Ummi (buta huruf) namun sangat terlatih dalam pendengaran dan penglihatan. Karenanya Muhammad kecil pun diasuh oleh Halimah di tengah – tengah keluarga dengan bahasa fushah (bahasa resmi). Catatan kecil di sini, paman Rasul yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib juga se-ibu susuan dengan Rasul.
Selama Muhammad menjadi anak susuan, Halimah merasakan barakah yang dibawa Muhammad sehingga berdecak penuh kagum. Halimah berkisah, saat menggendongnya tidak merasa repot, air susunya pun deras mengalir sehingga Muhammad dan anaknya sendiri tertidur pulas padahal sepanjang perjalanan dia tidak tidur sepicingpun. Begitupun untanya yang tiba – tiba susunya selalu penuh sehingga bisa diperah padahal sebelumnya kering. Begitupun dengan keledainya. Setelah seluruh beban dinaikkan, keledai itupun tetap kuat. Masya Alloh…Shollu ‘alannabiy..
5. Pembelahan dada oleh malaikat jibril as
Ini adalah salah satu peristiwa yang hanya bisa diukur dengan keimanan seseorang. Pembelahan dada dilakukan saat Muhammad kecil sedang bermain bersama kawan – kawannya, termasuk Hamzah bin Abdul Muthallib. Namun pada saat itu, tak ada seorang dewasapun yang menyaksikan peristiwa tersebut. Pembelahan dada oleh malaikat Jibril dimaksudkan untuk benar – benar mensucikan beliau dari segala kotoran yang mungkin ada.
Diriwayatkan Imam Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu diceritakan :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi Malaikat Jibril ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang bermain dengan beberapa anak. Jibril kemudian menangkapnya, menelentangkannya, lalu Jibril membelah dada. Jibril mengeluarkan hatinya, dan mengeluarkan dari hati beliau n segumpal darah beku sambil mengatakan “Ini adalah bagian setan darimu”. Jibril kemudian mencucinya dalam wadah yang terbuat dari emas dengan air zam-zam, lalu ditumpuk, kemudian dikembalikan ke tempatnya. Sementara teman-temannya menjumpai ibunya (maksudnya orang yang menyusuinya) dengan berlari-lari sembari mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh”. Kemudian mereka bersama-bersama menjumpainya, sedangkan dia dalam keadaan berubah rona kulitnya (pucat). Anas mengatakan: “Saya pernah diperlihatkan bekas jahitan di dadanya”.
Demikianlah sekilas kisah kelahiran Rasulullah SAW sampai terjadi peristiwa pembelahan / pensucian beliau. Semoga dengan ini, bertambahlah cinta dan taat kita untuk meneladani perilaku Rasul SAW sebagai qudwah kita. Wallohu a’lam bishshowaab.
Read More......
وَبَرِيقُ النُّورِيَبدُو مِن مَعَانِى اَحمَدِ
Sebagai seorang dengan latar belakang Nahdhliyyin, bab puji2an tentang Rasulullah sudah saya hafal sejak usia pra sekolah. Bait2 syair di atas saya hafal belakangan, karena umumnya, para kyai kampung mengajarkan kami dalam bentuk syair jawa. Biasanya, hanya setahun sekali diperdengarkan walaupun khusus untuk kitab Al-barzanji,atau bisa sepanjang tahun juga di acara – acara tertentu.
Setahun sekali yang dimaksud adalah setiap kali bulan maulid atau bulan Mulud (jawa) datang (Arab : bulan rabi’ul awwal).
Nah, tanggal 24 kemarin Kajian Siroh Fatmawati atau KSF (Kajian yang 2 mingguan yang mengkhususkan kajian Siroh Rasul SAW dibimbing Ust Hilman Rosyad Lc), mengetengahkan materi : Kelahiran Rasul SAW.
Sayang sekali 2 materi pendahulunya yaitu : Alasan Islam Turun di Tanah Arab dan Nasab Rasul, luput saya tulis Presenter, Ust Ahmad Turamsili atau kita kenal dengan nama @BangAgam menyampaikan beberapa poin menarik yang sejatinya adalah bunga rampai kelahiran Rasul, namun justru menjadi topik utama masa itu…
1. Kelahiran Rasul itu sendiri
2. ‘Aaamul Fiil atau tahun gajah, dengan dua tokoh utama yaitu Abdul Muthallib kakek Rasululloh sebagai penjaga Ka’bah
Kelahiran beliau adalah kelahiran sebagaimana umumnya kelahiran anak manusia. Namun di sinilah “’ishmah” atau keterjagaan beliau berada. Kelahiran beliau sebagaimana kelahiran Musa as yang dihanyutkan ke sungai dan dengan taqdir dan kasih sayang Alloh tiba di istana Fir’aun. Dengan kasih sayang Alloh pula Rasul di lahirkan. Dengan tidak diketahui secara meluas, tentu saja hal ini sekaligus menyelamatkan keberadaan Rasul dari ancaman orang – orang yang tidak menyukai nubuwah turun pada suatu kaum.
Beliau adalah Al-Mukhtar atau yang terpilih. Pada zaman itu, banyak juga di antara orang arab member nama dengan nama Muhammad atau Ahmad, berharap buah hatinya menjadi yang terpilih
Setidaknya ada beberapa hikmah mendalam yang bisa kita ambil betapa Alloh telah menyiapkan beliau al-musthofa sebagai pengemban risalah nubuwwah yang terakhir
1. Nasab yang mulia
Nasab beliau tentu tidak terlepas dari keberadaan beliau sebagai seorang arab juga seorang quraisy. Telah sejak lama diketahui, orang – orang arab adalah orang – orang yang memiliki karakter fitrah seperti setia, jujur, dan berkata benar.
Masa jahiliah pun tidak lantas diartikan segala sesuatunya ada dalam keterbelakangan. Inilah keterpilihan beliau yang tentu saja di mulai dari nasabnya…
إنَّ اللهَ اصطفَى كِنانةَ من ولدِ إسماعيلَ . واصطفَى
قريشًا من كنانةَ . واصطفَى من قريشٍ بني هاشمَ . واصطفاني من بني هاشمَ
“Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim” (HR. Muslim 2276)
Juga dalil tentang “bersih”nya nasab beliau dari perilaku jahat :
“Aku lahir dari pernikahan dan tidaklah Aku dilahirkan dari perzinaan. Mulai dari Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Tidak ada kebejatan Jahiliyah sedikitpun dalam nasabku” (HR. Ath Thabrani)
2. Masa kelahiran Beliau terlahir tanpa Ayah (Yatim).
Ini juga merupakan ‘ishmah karena dengan demikian tidak akan ada tuduhan bahwa beliau membawa risalah atas pengaruh – pengaruh ayahnya. ‘Ishmah beliau yang lain adalah pada tahun ini terjadi penyerangan terhadap Ka’bah dari seorang yang bernama Abrahah dari Yaman, utusan Raja Najasyi dari Habasyah. Ka’bah terlindungi dengan pertolongan Alloh, kelahiran Rasul SAW tidak menjadi berita yang sangat – sangat menggemparkan karena tertutup oleh peristiwa penyerangan gajah. Tahun tersebut tidak dikenal sebagai tahun kelahiran, namun sebagai Tahun Gajah.
3. Kasih Sayang Abdul Muthallib
Ini adalah juga bentuk kasih sayang Alloh yang begitu luar biasa. Abdul Muthallib dikenal tidak menyukai anak - anak. Jika sedang duduk bersama yang lain, dan lewat seorang anak, tangan Abdul Muthallib lah yang berbicara. Pada suatu saat, Abdul Muthallib sedang bersama para orang tua yang lain, dan secara tiba - tiba lewatlah Muhammad kecil....semua orang menahan nafas mengingat Muhammad adalah yatim (biasanya ayahnya yang menjagai si anak supaya tidak mendekat kepada Abdul Muthallib). Dan.....tangan kekar Abdul Muthallib menangkap Muhammad dan memeluknya sembari berkata : biarkanlah dia, sesungguhnya padanya aku melihat sesuatu.
4. Masa kecil 0 – 4 tahun
Masa ini adalah masa beliau dalam pengasuhan Halimah dari Bani Sa’d (Halimah Assa’diyyah) Tradisi di kalangan abangsa arab yang sudah relative maju, mereka mencarikan wanita – wanita yang bisa menyusui anaknya. Adalah Halimah Assa’diyah (dari Bani Sa’d), seorang wanita yang kurus dan ditaqdirkan Aloh berjodoh untuk menjadi ibu susu dari Rasul SAW. Dikisahkan, halimah saat itu sebetulnya sudah ditawari Aminah Ibunda Rasul untuk menyusui anaknya, namun tidak menyepakati karena murah, juga dijelaskan bahwa beliau adalah yatim sedang halimah menginginkan upah lebih dari ayah si bayi.
Namun setelah menawarkan ke pelbagai orang tua, tak kunjung mendapat anak susua, hingga akhirnnya ia yang tak menyukai pulang dengan tangan hampa pun kembali dan memutuskan mengambil bayi Muhammad.
Bangsa arab adalah bangsa yang ‘Ummi (buta huruf) namun sangat terlatih dalam pendengaran dan penglihatan. Karenanya Muhammad kecil pun diasuh oleh Halimah di tengah – tengah keluarga dengan bahasa fushah (bahasa resmi). Catatan kecil di sini, paman Rasul yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib juga se-ibu susuan dengan Rasul.
Selama Muhammad menjadi anak susuan, Halimah merasakan barakah yang dibawa Muhammad sehingga berdecak penuh kagum. Halimah berkisah, saat menggendongnya tidak merasa repot, air susunya pun deras mengalir sehingga Muhammad dan anaknya sendiri tertidur pulas padahal sepanjang perjalanan dia tidak tidur sepicingpun. Begitupun untanya yang tiba – tiba susunya selalu penuh sehingga bisa diperah padahal sebelumnya kering. Begitupun dengan keledainya. Setelah seluruh beban dinaikkan, keledai itupun tetap kuat. Masya Alloh…Shollu ‘alannabiy..
5. Pembelahan dada oleh malaikat jibril as
Ini adalah salah satu peristiwa yang hanya bisa diukur dengan keimanan seseorang. Pembelahan dada dilakukan saat Muhammad kecil sedang bermain bersama kawan – kawannya, termasuk Hamzah bin Abdul Muthallib. Namun pada saat itu, tak ada seorang dewasapun yang menyaksikan peristiwa tersebut. Pembelahan dada oleh malaikat Jibril dimaksudkan untuk benar – benar mensucikan beliau dari segala kotoran yang mungkin ada.
Diriwayatkan Imam Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu diceritakan :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi Malaikat Jibril ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang bermain dengan beberapa anak. Jibril kemudian menangkapnya, menelentangkannya, lalu Jibril membelah dada. Jibril mengeluarkan hatinya, dan mengeluarkan dari hati beliau n segumpal darah beku sambil mengatakan “Ini adalah bagian setan darimu”. Jibril kemudian mencucinya dalam wadah yang terbuat dari emas dengan air zam-zam, lalu ditumpuk, kemudian dikembalikan ke tempatnya. Sementara teman-temannya menjumpai ibunya (maksudnya orang yang menyusuinya) dengan berlari-lari sembari mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh”. Kemudian mereka bersama-bersama menjumpainya, sedangkan dia dalam keadaan berubah rona kulitnya (pucat). Anas mengatakan: “Saya pernah diperlihatkan bekas jahitan di dadanya”.
Demikianlah sekilas kisah kelahiran Rasulullah SAW sampai terjadi peristiwa pembelahan / pensucian beliau. Semoga dengan ini, bertambahlah cinta dan taat kita untuk meneladani perilaku Rasul SAW sebagai qudwah kita. Wallohu a’lam bishshowaab.